Ketika aku ikut kegiatan rutin UJAR (Gerakan Unej Mengajar), sebuah komunitas mahasiswa Universitas Jember untuk berbagi ilmu dengan adik adik kita untuk menggapai mimpi mereka. Pada saat itu aku berserta mahasiswa lainnya, kebagian mengajar sekaligus memberikan motivasi untuk adek adek di TANOKER - LEDOKOMBO, Kecamatan LEDOKOMBO Kabupaten Jember.
Pagi pagi jam 6 kita berkumpul di double way Universitas Jember, dan segera menuju ke Tanoker. 45 menit dari Universitas Jember, dan jalannya berkelok kelok dan termasuk daerah pelosok. Setelah sampai di Tanoker, saya bertemu dengan anak anak yang langsung menyambut kami dengan senyum kegembiraan. Sambil menunggu anak2 yang lain, aku dan beberapa anak2 di sana berfoto foto ceria :)
T a n o k e r
Tanoker berasal dari bahasa Madura, yang artinya adalah Kepompong. Kelompok belajar tanoker ini berada di Kecamatan Ledokombo, desa yang terpencil dan mayoritas penduduknya adalah buruh tani dan 70 % dari mereka adalah Tenaga Kerja Indonesia. Desa ini sangat terpencil, dan penduduknya juga banyak yang buta huruf.
Namun, setelah ada TANOKER, harapan anak anak menjadi cerah seperti matahari terbit yang membawa kehangatan setelah didirikan dan dibina oleh Ibu Cici dan suaminya Pak Suporahardjo. Beliau dengan ikhlas dan sangat antusias menyediakan tanah mereka untuk pusat kegiatan TANOKER. Cita Cita beliau sungguh mulia, yaitu membangun kebanggan Desa Ledukombo melalui anak anak generasi penerus bangsa. Dengan belajar, bermain dan berkarya anak anak akan bermimpi dan berusaha mewujudkannya. Dengan
semboyan
“bersahabat, bergembira, belajar, berkarya”
E g r a n g
Egrang memiliki filosofi yang mendalam, bukan sekedar permainan anak anak. Dalam egrang kita diajarkan tentang keseimbangan. Demikian pula dalam kehidupan, seimbang antara beribadah dan aktivitas duniawi, keseimbangan antara hubungan pada sang pencitpta dan manusia (hablumminallah dan hablumminannas), bahkan keseimbangan peran seorang suami yang juga ayah, seorang istri yang juga ibu, serta peran anak anak yang harus seimbang antara hak dan kewajiban.
Sebuah kayu menjadi alat utama permainan egrang ini, dan tidak bisa dikuasai dalam sesaat. Butuh mentor untuk mengajarkan, memandu dan mengarahkan gerak diri. Egrang membuat pemainnya untuk selalu hati hati dan bersikap awas. Dan anak Tanoker melakukan itu semua. Interaksi personal yang dilakukan terhadap sesama. Anak anak tanoker memaknai permainan egrang dengan positif. Anak anak itu belajar sendiri mengenai arti penting sebuah 'kerjasama' dan kebesaran hati untuk mau belajar dengan orang lain. Melalui egrang, anak anak tertatih tatih memantapkan diri diujung kayu dan mulai melangkah di atas kayu egrang. Belajar untuk berdiri fokus pada apa yang mereka lakukan. Mereka melakukannya dengan hati hati. Saat itulah mereka akan jatuh dari egrang. Setitik embun menjadi sumber kehidupan dunia renik.
Ketika semangat itu menular makan akan menciptakan jutaan embun yang memberi hayat pada kehidupan bumi Indonesia.
source : www.tanoker.org
warm regards,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar